PERUSAHAAN JASA
Kegiatan Belajar 1
SUMBER PENCATATAN DAN ANALISA BUKTI
TRANSAKSI
.
SUMBER PENCATATAN
Pernahkah Anda belanja ke toko?
Biasanya kalau ingin ada bukti bahwa Anda telah berbelanja, Anda akan meminta
tanda bukti tersebut, baik berupa catatan biasa atau bentuk yang formal atau yang sebenarnya.
Tanda bukti tersebut dipakai sebagai sumber pencatatan yang merupakan dokumen sumber
dalam proses siklus akuntansi.
Kalau digambarkan siklus akuntansi pada tahap pencatatan akuntansi perusahaan jasa
adalah sebagai berikut:
Sumber Pencatatan ➝Jurnal ➝ Buku Besar
MACAM-MACAM BUKTI PENCATATAN
Bukti pencatatan ada yang berasal dari transaksi itu sendiri beserta pendukungnya, tetapi
ada juga yang dibuat khusus intern perusahaan.
A. Bukti Transaksi Intern
Bukti transaksi intern adalah bukti transaksi yang khusus dibuat oleh intern dan dibuat
untuk intern perusahaan. Yang termasuk bukti intern adalah sebagai berikut.
1. Bukti Kas Masuk
Bukti kas masuk adalah tanda bukti bahwa perusahaan telah menerima uang secara
cash atau secara tunai.
Coba Anda perhatikan contoh bukti kas masuk berikut ini!\
PD. Hadian KM: No. …………
Jln. Flamboyan No. 11 BUKTI KAS MASUK
Tangerang
Diterima dari : Bapak Suparman
Banyaknya uang : Seratus lima puluh ribu rupiah.
Untuk : Pembayaran penjualan buku tulis
sebanyak 10 buah @ Rp.15.000,00
Tangerang, 8 Oktober 2000
Jumlah Rp.150.000,00 Yang menerima
Nuraeni
2. Bukti Kas Keluar
Bukti kas keluar adalah tanda bukti bahwa perusahaan telah mengeluarkan uang
tunai, seperti pembelian dengan tunai atau pembayaran gaji, pembayaran utang
atau pengeluaran-pengeluaran yang lainnya. Untuk lebih memahami, coba Anda
perhatikan contoh di bawah ini.
PD. Hadian KK: No. ………..
Jln. Flamboyan No. 11 BUKTI KAS KELUAR
Tangerang
Dibayar kepada : Tuan Kaswian
Banyaknya uang : Dua ratus lima puluh ribu rupiah.
Untuk : Pembayaran pelunasan utang.
Tangerang, 8 Oktober 2000
Jumlah Rp.250.000,00 Yang mengeluarkan
Nuraeni
3. Memo
Apa yang dimaksud dengan memo?
Memo adalah bukti pencatatan antar bagian atau manager dengan bagian-bagian
yang ada di lingkungan perusahaan. Coba Anda perhatikan contoh di bawah ini!
PD. Hadian Tanggal, 10 Oktober 2000
Jln. Flamboyan No. 11 MEMO
Tangerang
No. : 01 / BM
Dari : Pimpinan
Untuk : Bagian Pembukuan
Hal : Penyusutan peralatan aktiva tetap, harap disusutkan 100%
dari harga perolehan.
Pimpinan
Nuraeni
B. Bukti Transaksi Ekstern
Setelah Anda mempelajari bukti transaksi intern barangkali telah memahaminya, mari
kita lanjutkan materi kita yang berhubungan dengan bukti transaksi ekstern.
Bukti transaksi ekstern adalah bukti pencatatan transaksi yang berhubungan dengan
pihak di luar perusahaan. Misalnya kuitansi, faktur, nota kontan, nota debet, nota kredit
dan cek.
Baiklah akan kita bahas apa pengertian dari bukti transaksi ekstern tersebut dan akan
saya berikan contoh-contohnya.
1. Faktur
Faktur adalah tanda bukti telah terjadi pembelian atau penjualan secara kredit.
Faktur dibuat oleh penjual dan diberikan kepada pihak pembeli. Bagi penjual faktur
yang diterima disebut faktur penjualan. Biasanya faktur dibuat rangkap sesuai dengan
kebutuhan. Lembaran pertama untuk pembeli, lembaran kedua untuk penjual dan
lembaran ketiga untuk arsip.
Saya berikan contoh dari faktur berikut ini:
PD. Harpan No. Faktur : 01
Jl. Mendut 20 Kepada : Aisyah
Tangerang
FAKTUR
Banyaknya Nama Barang Harga Satuan Jumlah
10 kaleng Cat tembok Rp.15.000,00 Rp.150.000,00
10 lembar Triplek Rp. 8.000,00 Rp. 80.000,00
Total Rp.230.000,00
Hormat kami,
Tangerang, 8 Oktober 2000
Kamila
2. Kuitansi
Yang dimaksud dengan kuitansi adalah bukti penerimaan sejumlah uang yang ditanda
tangani oleh penerima uang dan diserahkan kepada yang membayar sejumlah uang
tersebut.
Lembaran kuitansi terdiri dari 2 bagian, bagian sebelah kanan diberikan kepada
pihak yang membayar dan bagian kiri yang tertinggal disebut soice (dibaca sus)
sebagai arsip penerima uang. Untuk lebih memahami, perhatikan contoh di bawah
ini.
No: No: 01
Sudah terima dari : Sudah terima dari : Tn. Ansori
Uang sejumlah : Uang sejumlah : Seratus ribu rupiah.
Untuk Pembayaran : Untuk Pembayaran : Pelunasan utang.
Rp. 100.000,00 Bandung, 10 Oktober 2000
Hasna
Untuk lebih jelas lagi, coba Anda beli buku kuitansi, biasanya tersedia di toko-toko
dan amati dengan sungguh-sungguh. Apabila Anda sudah memahami tentang bukti
transaksi yang disebut kuitansi, baiklah kita lanjutkan ke bukti transaksi ekstern
lainnya.
3. Nota
Apa yang dimaksud dengan nota?
Nota adalah bukti atas pembelian sejumlah barang secara tunai. Nota dibuat oleh
pedagang dan diberikan kepada pembeli. Biasanya nota dibuat rangkap dua, satu
lembar untuk pembeli dan lembaran kedua untuk penjual.
Perhatikan contoh nota di bawah ini!
Toko ABC No: ………….
Jl. Mawar No. 2 Kepada: ………………….
Tangerang
NOTA KONTAN
Banyaknya Nama Barang Harga Satuan Jumlah
Total
Hormat kami,
Toko ABC
Setelah Anda mempelajari bukti pencatatan yang disebut nota, kita lanjutkan dengan
bentuk yang lainnya yaitu:
4. Nota Debet
Nota debet adalah bukti perusahaan telah mendebet perkiraan langganannya
disebabkan karena berbagai hal.
Nota debet dikirimkan oleh perusahaan kepada langganannya karena barang yang
dibeli dikembalikan, bisa disebabkan rusak atau tidak sesuai dengan pesanan dan
penjual setuju barangnya diterima kembali atau harganya dikurangi.
Perhatikan contoh berikut ini!
PD. Pembangunan Tangerang, 10 Oktober 2000
Jl. Danau No. 4 Kepada
Tangerang Yth. : Toko Hidayat
Jln. : Tambak 5
Tangerang
NOTA DEBET
Dikirim kembali 10 galon air minum Aqua, karena tidak sesuai dengan
pesanan seharga Rp.50.000,00 dan rekening ini telah di DEBET.
Hormat kami,
Hasna
5. Nota Kredit
Apa yang dimaksud dengan nota kredit?
Nota kredit adalah bukti bahwa perusahaan telah mengkredit perkiraan langganannya
yang disebabkan oleh berbagai hal. Nota kredit dikirimkan oleh perusahaan kepada
langganannya sehubungan barang yang dijual tidak cocok atau rusak, untuk itu penjual
setuju menerima barangnya.
Saya berikan contoh Nota Kredit di bawah ini.
PD. Pembangunan Tangerang, 10 Oktober 2000
Jl. Danau No. 4 Kepada
Tangerang Yth. : Toko Hidayat
Jln. :Tambak 5
Tangerang
NOTA KREDIT
Diterima kembali 2 buah papan tulis putih (White Board) karena rusak
seharga Rp.36.000,00 dan rekening ini telah di KREDIT.
Hormat kami,
Hasna
Apakah Anda sudah memahami tentang nota kredit? Kalau masih belum, coba ulangi
lagi untuk menelaahnya kembali. Apabila sudah memahami, mari kita lanjutkan
dengan bukti transaksi yang lainnya.
6. C e k
Apakah Anda sudah pernah mendengar apa yang dimaksud dengan cek? Dan
pernahkah Anda melihat bagaimana bentuknya? Yang dimaksud dengan cek adalah
surat perintah yang dibuat oleh pihak yang mempunyai rekening di Bank, agar Bank
membayar sejumlah uang kepada pihak yang nemanya tercantum dalam cek tersebut.
Pihak-pihak yang berhubungan dalam pengeluaran cek tersebut adalah:
– Pihak penarik, yaitu pihak yang mengeluarkan dan menandatangani cek tersebut.
– Pihak penerima, yaitu pihak yang menerima pembayaran cek tersebut.
Untuk lebih jelasnya, coba perhatikan contoh di bawah ini.
Bank Danamon Cek No: ……………………….
Bogor – Juanda ………………………..2000
Atas penyerahan cek ini bayarlah kepada ……………………………….. atau
pembawa.
Uang sejumlah rupiah ………………………………………………………………..
Rp.
03550000441 Bea meterai Tanda tangan
Lunas tgl. …………
ANALISA BUKTI TRANSAKSI
Setelah Anda mempelajari bukti transaksi, kita lanjutkan untuk menganalisa bukti transaksi.
Setiap bukti transaksi yang akan dicatat ke dalam jurnal perlu dianalisa atau diteliti terlebih
dahulu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa transaksi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan perkiraan apa saja yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut.
2. Tentukan pengaruh penambahan dan pengurangan terhadap harta, utang, modal,
pendapatan dan beban.
3. Tentukan debet/kredit dari akun yang bersangkutan.
4. Tentukan jumlah yang harus di debet atau di kredit.
Dalam modul 2, Anda telah mempelajari tentang persamaan akuntansi yang menjelaskan
bagaimana pengaruh transaksi terhadap perubahan harta, utang, modal. Hal ini merupakan
penerapan dari buku berpasangan yaitu setiap transaksi yang masuk akan mempengaruhi
terhadap perubahan harta, utang, modal, pendapatan dan beban akan dicatat dengan
mendebet dan mengkredit pada perkiraan dengan jumlah yang sama.
Dari setiap transaksi akan mempengaruhi paling sedikit dua akun/perkiraan, yaitu perkiraan
di debet dan perkiraan di kredit.
CARA MENENTUKAN DEBET / KREDIT PERKIRAAN
Untuk menentukan apakah perkiraan harus di debet atau di kredit, perhatikan bagan/tabel
berikut di bawah ini.
Golongan Perkiraan Bertambah Berkurang
Harta di Debet di Kredit
Utang di Kredit di Debet
Modal di Kredit di Debet
Pendapatan di Kredit di Debet
Beban di Debet di Kredit
Supaya Anda lebih memahami baiklah akan saya berikan gambaran yang jelas bagaimana
menganalisa dari transaksi-transaksi tersebut, yang akan diuraikan di bawah ini.
Contoh:
Perusahaan Jasa “Tati Harapan” didirikan pada tanggal 1 Januari 1999 oleh Tuan Rifqy
dengan transaksi sebagai berikut:
1 Jan 1999 Tuan Rifqy memulai usaha dengan menginvestasikan uangnya ke dalam
perusahaan sebesar Rp.50.000.000,00.
3 Jan 1999 Dibeli sebuah kendaraan seharga Rp.40.000.000,00 dibayar secara tunai
Rp.20.000.000,00 dan sisanya dibayar kemudian.
4 Jan 1999 Dibayar sewa kantor untuk bulan Januari Rp.100.000,00.
5 Jan 1999 Dibayar pemasangan biaya iklan untuk 3 bulan Rp.150.000,00.
6 Jan 1999 Dibeli peralatan kantor secara kredit dari PD. Senang Hati sebesar
Rp.400.000,00.
7 Jan 1999 Dibayar premi asuransi untuk 1 tahun Rp.250.000,00.
8 Jan 1999 Diterima pendapatan sebagai hasil operasi Taxi sebesar Rp.400.000,00.
9 Jan 1999 Dibayar bensin dan oli untuk keperluan Taxi Rp.100.000,00.
10 Jan 1999 Disewakan Taxi selama 4 hari kepada Toko Kenanga, akan dibayar satu
minggu kemudian sebesar Rp.200.000,00.
11 Jan 1999 Dibayar cicilan kepada PD. Senang sebesar Rp.100.000,00.
12 Jan 1999 Diambil dari uang kas untuk keperluan pribadi Rp.150.000,00.
13 Jan 1999 Dibayar biaya supir sebesar Rp.250.000,00.
Untuk lebih jelas, coba Anda perhatikan analisa bukti transaksi sebagai berikut.
Analisa:
Keterangan:
(+) Bertambah
(-) Berkurang
(D) Debet
(K) Kredit
Tanggal Akun yang Pengaruh Letak Jumlah uang
Transaksi dipengaruhi Akun Akun Debet/Kredit
1 Jan. 1999 Kas + D Rp.50.000.000,00
Modal + K 50.000.000,00
3 Jan. 1999 Kendaraan + D 40.000.000,00
Kas – K 20.000.000,00
Utang + K 20.000.000,00
4 Jan. 1999 Beban Sewa + D 100.000,00
Kas – K 100.000,00
5 Jan. 1999 Beban Iklan + D 150.000,00
Kas – K 150.000,00
6 Jan. 1999 Pert Kantor + D 400.000,00
Kas – K 400.000,00
7 Jan. 1999 Beban Asuransi + D 250.000,00
Kas – K 250.000,00
8 Jan. 1999 Kas + D 400.000,00
Pendapatan + K 400.000,00
9 Jan. 1999 Perlengkapan + D 100.000,00
Kas – K 100.000,00
10 Jan. 1999 Piutang + D 200.000,00
Pendapatan – K 200.000,00
11 Jan. 1999 Utang – D 100.000,00
Kas – K 100.000,00
12 Jan. 1999 Prive + D 150.000,00
Kas – K 150.000,00
13 Jan. 1999 Beban Sopir + D 250.000,00
Kas – K 250.000,00
J U R N A L
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat:
1. menjelaskan pengertian jurnal;
2. menjelaskan fungsi jurnal;
3. menyebutkan cara-cara membuat jurnal; dan
4. membuat jurnal dari transaksi keuangan.
JURNAL
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis
(berdasarkan urutan waktu) dengan menunjukkan akun/perkiraan yang harus di DEBET
dan KREDIT beserta jumlahnya masing-masing.
Jurnal merupakan catatan pertama setelah adanya bukti transaksi sebelum dilakukan
pencatatan dalam buku besar, sehingga jurnal sering dikatakan sebagai catatan asli atau
book of original entry.
Fungsi Jurnal
Setelah Anda memahami benar batasan atau pengertian jurnal serta kebaikan-kebaikan
dalam membuat jurnal, materi kita lanjutkan dengan fungsi jurnal. Fungsi jurnal adalah:
1. Fungsi Pencatatan
Artinya, semua transaksi yang terjadi berdasarkan bukti dokumen yang ada harus dicatat.
2. Fungsi Historis
Artinya, transaksi yang terjadi harus dicatat sesuai urutan waktu (kronologis).
3. Fungsi Analisa
Artinya, setiap transaksi yang dicatat dalam jurnal harus merupakan hasil analisa dari
bukti-bukti transaksi hingga jelas letak debet/kredit perkiraan beserta jumlahnya.
4. Fungsi Instruktif
Artinya, pencatatan dalam jurnal merupakan instruksi atau perintah untuk melakukan
posting atau memindahkan debet/kredit ke dalam buku besar.
5. Fungsi Informatif
Artinya, jurnal dapat memberikan informasi/pemberitahuan mengenai transaksi yang
terjadi.
Bentuk Jurnal
Yang akan kita pelajari pada materi kali ini adalah bentuk jurnal. Coba perhatikan dan amati
uraian di bawah ini.
Contoh:
Jurnal Umum Halaman (a)
Tgl. Keterangan Ref Debet Kredit
(b) (c) (d) (e) (f)
Keterangan:
(a) Pengisian nomor halaman jurnal.
(b) Pengisian tahun, bulan dan tanggal transaksi.
(c) Pengisian jenis perkiraan.
Perkiraan yang di debet ditulis sebelah atas merapat ke sebelah kiri dan perkiraan yang
di kredit ditulis di bawahnya dan menjorok ke sebelah kanan.
(d) Pengisian dengan nomor kode buku besar pada saat pemindah bukuan (posting) ke
buku besar.
(e) Pengisian jumlah uang yang di debet.
(f) Pengisian jumlah uang yang di kredit.
Cara Pengisian ke dalam Jurnal
Proses pemindahan dari transaksi ke dalam jurnal disebut “penjurnalan (journalizing)”. Cara-cara pengisian ke dalam jurnal umum.:
1. Mencatat tanggal
a. Tahun dicatat pada kolom tanggal paling atas (pada baris pertama) dan hanya ditulis
satu kali pada setiap halaman.
b. Bulan ditulis pada baris kedua pada kolom tanggal.
c. Tanggal ditulis pada baris kedua pada kolom tanggal yang berlajur kecil.
2. Mendebet perkiraan
Nama perkiraan yang harus di debet dicatat sebelah atas dan menjorok ke sebelah kiri
pada kolom keterangan.
3. Mengkredit perkiraan
Nama perkiraan yang harus di kredit dicatat sebelah bawah perkiraan yang di debet,
dan menjorok ke sebelah kanan ditulis pada kolom keterangan.
4. Lajur reference
Diisi dengan nomor kode perkiraan apabila jurnal itu telah dipindahkan ke buku besar.
5. Halaman jurnal
Diisi sesuai dengan lembaran jurnal.
6. Memindahkan jumlah jurnal
Apabila suatu halaman jurnal yang dipakai sudah penuh, maka pencatatan transaksi
akan dilanjutkan pada halaman berikutnya dengan menuliskan kata “jumlah dipindahkan”
dalam lajur keterangan. Setelah itu jumlahkan lajur debet dan kredit; jumlahnya harus
sama. Beri tanda sudah dicek (V) dalam lajur reference.
Membuat Jurnal dari transaksi Keuangan
Proses pemindahan dari transaksi
tersebut akan tergambar pada kolom jurnal berikut ini:
Jurnal Umum Halaman: 1
Tanggal Keterangan Ref. Debet Kredit
1999
Januari 1 Kas 11 Rp. 50.000.000,00 –
Modal 31 – Rp. 50.000.000,00
3 Kendaraan 40.000.000,00 –
Kas – 20.000.000,00
Utang Dagang – 20.000.000,00
4 Beban sewa 100.000,00 –
Kas – 100.000,00
5 Beban iklan 150.000,00 –
Kas – 150.000,00
6 Peralatan Kantor 400.000,00 –
Utang Dagang – 400.000,00
7 Beban Asuransi 250.000,00 –
Kas – 250.000,00
8 Kas 400.000,00 –
Pendapatan – 400.000,00
9 Perlengkapan 100.000,00 –
Kas – 100.000,00
10 Piutang 200.000,00 –
Pendapatan – 200.000,00
11 Utang 100.000,00 –
Kas – 100.000,00
12 Prive 150.000,00 –
Kas – 150.000,00
13 Beban sopir 250.000,00 –
Kas – 250.000,00
Jumlah Rp.92.100.000,00 Rp.92.100.000,00
Inilah bentuk buku jurnal yang telah dianalisa yang diambil dari transaksi Perusahaan Jasa
“Tati Harapan”.
BUKU BESAR
BUKU BESAR
1. Pengertian Buku Besar
pengertian buku besar adalah kumpulan perkiraan-perkiraan untuk mencatat
perubahan-perubahan transaksi.
2. Bentuk Buku Besar
Bentuk buku besar yang biasa dipergunakan oleh perusahaan bisa dibedakan ke dalam:
a. Bentuk Scontro
Bentuk Scontro adalah bentuk buku besar sebelah-menyebelah atau disebut 2 kolom.
Contoh bentuk buku besar 2 kolom adalah sebagai berikut.
Nama Akun Kode Akun:
Tgl. Uraian Ref Jumlah Tgl. Uraian Ref Jumlah
b. Bentuk Staffel
Yang dimaksud dengan buku besar bentuk Staffel adalah buku besar berbentuk
halaman atau disebut juga buku besar 4 kolom. Bentuk ini terdiri dari sisa debet dan
sisa kredit. Adapun bentuk Staffel, perhatikan gambar berikut ini.
Nama Akun Kode Akun:
Tgl. Uraian Ref Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
3. Cara Melakukan Posting dari Jurnal ke Buku Besar
Setelah pencatatan ke dalam jurnal selesai, maka tahap selanjutnya memindahkan
catatan yang terdapat dalam jurnal ke Buku Besar atau disebut Posting.
Ada beberapa langkah yang harus Anda ketahui bagaimana cara memindahkan dari
jurnal ke buku besar.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Pindahkan tanggal kejadian yang ada dalam jurnal ke lajur perkiraan yang
bersangkutan yang ada pada buku besar.
b. Pindahkan jumlah debet atau kredit yang ada dalam jurnal ke lajur debet atau kredit
perkiraan buku besar.
c. Catat nomor kode akun ke dalam kolom referensi jurnal sebagai tanda jumlah jurnal
telah dipindahkan ke buku besar.
d. Catat nomor halaman jurnal ke dalam kolom referensi buku besar setiap pemindahbukuan.
Untuk lebih memahaminya lagi saya berikan contoh sebagai gambaran yang jelas bagi
Anda. Perhatikan contoh di bawah ini. Perhatikan garis putus-putus yang ada pada contoh
buku jurnal dan buku besar.
23
Keterangan:
– Garis terputus-putus bertanda panah adalah proses pemindahan
AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
|
|||||||||
|
|
KEGIATAN PERUSAHAAN DAGANG
Dalam catatan maupun prosedur akuntansi perusahaan dagang tidak berbeda dengan perusahaan jasa. Sesuai dengan konsep penanding (matching principle) laba bersih (Rugi) suatu perusahan dagang dihitung dengan cara mengurangkan biaya untuk memperoleh pendapatan dari hasil penjualan pada periode yang bersangkutan. Biaya-biaya tersebut meliputi harga pokok (cost) barang yang terjual dan biaya-biaya operasi yang terjadi selama periode yang bersangkutan. Harga pokok barang yang laku dijual disebut dengan harga pokok penjualan. Misalkan dalam suatu toko elektronik, yang disebut harga pokok penjualan meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli televisi, radio, kulkas, mesin cuci dan lainnya yang telah laku dijual dalam satu periode.
Biaya Operasi suatu toko elektronik meliputi semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan penjualan dan administrasi toko seperti biaya sewa, gaji pegawai, biaya advertensi, biaya listrik dan biaya telpon.
GAMBAR 9.1 : Kegiatan Perusahaan Jasa dan Dagang
Sumber : Accounting Principles, Fourth Edition,1996
Perbedaan kegiatan perusahaan jasa dan perusahaan dagangan adalah perusahaan pertama menjual jasa sedangkan perusahaan yang kedua menjual barang dagangan. Karena adanya barang secara fisik yang dibeli dan dijual, biasanya perusahaan dagang mempunyai gudang untuk menyimpan barang dagangan. yang disebut dengan persediaan barang dagangan. Perusahaan membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualanya kembali kepada pelanggan
Prosedur laba (rugi) untuk perusahaan dagang dapat kita lihat pada
Gambar 9.2
|
|
|
AKUNTANSI UNTUK PENJULAN BARANG DAGANGAN
Penjualan barang dagangan juga dicatat dengan mendebet rekening kas atau piutang dagang dan mengkredit rekening pendapatan. Nama rekening pendapatan yang biasanya digunakan untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan adalah penjualan.
Penjualan barang dagangan dapat dilakukan secara tunai atau dapat dilakukan secara kredit.
PENJUALAN TUNAI
Penjualan tunai biasanya dicatat pada Register Kas dan pada akhir hari kerja dijumlah. Penjualan tunai seperti ini dapat dicatat sebagai berikut :
Kas Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(untuk mencatat transaksi penjualan tunai)
Penjualan kepada pelanggan yang membayar dengan kartu kredit bank misalkan (Master Card, Visa Card) biasanya dianggap sebagai penjualan tunai. Kartu kredit yang diterima oleh sipenjual disetor ke bank bersama dengan diterima uang kontan dan cek yang diterima dari pelanggan. Secara berkala bank membebankan ongkos jasa pengurusan penjualan dengan kartu kredit tersebut. Ongkos jasa ini didebet ke perkiraan beban.
PENJUALAN KREDIT
Suatu perusahaan sering juga menjual barang dagangan secara kredit yaitu bilamana pembayaran baru diterima bebarapa waktu kemudian. Penjualan semacam ini dibukukan debet pada rekening Piutang dagang dan kredit rekening penjualan, jurnalnya adalah :
Piutang Dagang Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(Untuk mencatat transaksi penjualan kredit)
Rekening penjulan hanya digunakan untuk mencatat penjualan barang dagangan. Apabila sebuah perusahaan dagangan menjual peralatan kantor (bukan barang dagangan), maka yang dikredit adalah rekening Peralatan Kantor, bukan rekening Penjualan.
Penjualan dengan kartu kredit yang bukan dikeluarkan oleh bank misalnya American Express umumnya harus dilaporkan secara berkala kepada perusahaan yang mengelolah kartu kredit tersebut sebelum dapat dicairkan menjadi uang tunai.Penjualan seperti ini menimbulkan piutang pada perusahaan pengelolah kartu kredit tersebut. Pengelolah kartu kredit akan memungut ongkos jasa pengurusan sebelum mengirimkan uang tunai pencairan kartu kredit tersebut. Misalkan penjualan dengan menggunakan kartu kredit bukan bank Rp 5.000.000 dan dilaporkan kepada perusahaan pengelolah kartu kredit pada tanggal 10 Januari. Pada Tanggal 15 Januari perusahaan pengelolah kartu kredit memotong ongkos sebesar Rp 125.000 dan mengirim uang sebesar Rp 4.875.000. Transaksi tersebut dapat dicatat :
10 Januari Piutang Dagang Rp 5.000.000
Penjualan Rp 5.000.000
( Penjualan dgn menggunakan American Express)
15 Janauri Kas Rp 4.875.000
Beban Penagihan Kartu Kredit Rp 125.000
Piutang dagang Rp 5.000.000
( Penerimaan kas dari American Express untuk penjualan
yang dilaporkan tanggal 10 Januari)
RETUR DAN POTONGAN PENJUALAN
Barang dagangan yang telah terjual mungkin saja dikembalikan oleh pelanggan (retur penjualan) atau karena barangnya cacat atau karena alasan lain sehingga pembeli tidak puas. Kepada pelanggan diberikan potongan dari harga semula barang yang dijual tersebut (potongan penjualan). Bila retur penjualan atau potongan penjualan menyangkut penjualan kredit, biasanya penjual menyampaikan nota kredit (Credit Memorandum) kepada pelanggan.
|
Sumber :Accounting Principles, Fourth Edition,1996
Nota kredit itu menunjukkan jumlah yang dikreditkan pada pelanggan serta alasan pengkreditan tersebut.
Retur penjualan pada hakikatnya merupakan pembatalan atas penjualan yang telah dilakukan perusahaan (baik sebagian ataupun seluruhnya). Pengaruh Retur ataupun potongan penjualan adalah berkurangnya pendapatan penjualan dan berkurangnya kas atau piutang dagang.
Bila perkiraan penjualan didebet, maka saldo perkiraan penjualan ini pada akhir periode akan menunjukkan penjualan bersih (net Sales), dan jumlah retur dan potongan penjualan tidak akan diungkapkan lagi. Karena berkurangnya pendapatan disebabkan oleh potongan penjualan, dan berbagai beban yang berkaitan dengan pengembalikan barang (angkutan, pengepakan, perbaikan, penjualan kembali dan sebagainya), disarankan agar jumlah transaksi seperti ini diketahui oleh manajemen. Kebijakan semacam ini akan memungkinkan manajemen menentukan sebab-sebab retur dan potongan tersebut, seandainya jumlahnya sangat besar, dan untuk mengambil tindakan perbaikan. Kerena alasan inilah kita cendrung mendebet perkiraan yang disebut Retur dan potongan penjualan ( Sales Return and Allowances ). Bila penjualan semula dilakukan secara kredit, maka sisa transaksi tersebut dicatat sebagai kredit ke piutang dagang. Misalnya diterima pengembalian barang karena rusak dari salah seorang pelanggan senilai Rp 250.000 yang berasal dari transaksi penjualan kredit. maka pencatatn yang dilakukan untuk pengembalian barang tersebut adalah :
Retur dan Potongan Penjualan Rp 250.000
Piutang Dagang Rp 250.000
( Berdasarkan nota kredit no. 234)
Jika uang tunai yang dikembalikan karena barang yang dikembalikan ataupun karena potongan harga, maka retur dan potongan penjualan didebet dank as dikredit
POTONGAN PENJUALAN
Jika penjualan dilakukan secara kredit, maka syarat pembayaran dimasa akan datang harus ditetapkan dengan jelas, sehingga kedua pihak mengetahui berapa jumlah yang harus dibayar dan kapan pembayaran dilakukan. Syarat penjualan biasanya dicantumkan dalam faktur penjualan dan merupakan bagian dari perjanjian penjualan. Syarat perjanjian disebut juga dengan termin yang biasa ditulis 2/10, n/30, artinya adalah akan diberikan potongan 2% jika pembayaran dilakukan 10 hari sesudah tanggal faktur, tapi tidak melewati 30 hari sejak tanggal faktur.
Syarat penjualan kadang kala juga ditulis dengan symbol n/30 (n adalah singkatan dari netto) yang artinya harga faktur neto atau keseluruhan harga faktur harus dibayar dalam waktu 30 hari sesudah tanggal faktur, cara lain menyatakan syarat penjualan adalah misal n,10/EOM (End of Month) atau akhir bulan. Ini berarti faktur harus dibayar dalam waktu 10 hari sesudah akhir bulan, dihitung dari bulan yang tertulis pada faktur.
Gambar 9.3 : Faktur Penjualan
Sumber : Niswonger-Fess-Werren, Prinsip-prinsip Akuntansi,1994
Pada saat transaksi penjualan penjual belum mengetahui apakah pembeli akan memanfaatkan potongan atau tidak. Biasanya perusahaan mencatat penjualan sebesar harga faktur bruto.
Contoh :
Pada tanggal 20 Januari perusahaan Amazon menjual barang dagangan kepada seorang pembeli seharga Rp 10.000.000 secara kredit, dengan syarat 2/10,n/30. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan ini adalah :
20 Januari Piutang dagang Rp 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
(Pencatatan penjualan barang dagangan dengan
syarat 2/10,n/30)
Syarat penjualan diatas mempunyai arti bahwa perusahaan Amazon akan memberikan potongan 2% ( 2% x 10.000.000 = 200.000) jika pembeli melakukan pembayaran tidak melewati tanggal 30 Januari atau jika melewati tanggal 30 Januari tapi tidak lebih dari tanggal 19 Februari pembeli harus membayar penuh yaitu 10.000.000. Jurnal pencatatan transaksi tanggal 30 Januari adalah :
30 Januari Kas Rp 9.800.000
Potongan penjualan Rp 200.000
Piutang Dagang Rp 10.000.000
( Pencatatan penerimaan piutang dikurangi potongan
2%)
Seandainya pembeli melakukan pengembalian barang (retur) sebelum pembayaran dilakukan, maka potongan hanya dikenakan pada harga barang yang jadi dijual (tidak dikembalikan). Sebagai contoh seandainya konsumen yang melakukan pembelian pada tanggal 10 Januari seharga Rp 10.000.000 dengan syarat 2/10,n/30, pada tanggal 15 Januari mengembalikan barang yang rusak seharga Rp 2.000.000, maka harga faktur brutoatas barang yang jadi dibeli adalah Rp 8.000.000 (Rp 10.000.000 – Rp 2.000.000). Dengan demikian potongan tunai harus dihitung atas dasar harga Rp 8.000.000. Misalkan pembeli melakukan pembayaran tanggal 19 Januari maka ia akan mendapat potongan sebesar Rp 160.000 (2% x Rp 8.000.000). Jurnal yang dicatat adalah :
19 Januari Kas Rp 7.840.000
Potongan tunai penjualan Rp 160.000
Piutang dagang Rp 8.000.000
(untuk mencatat penerimaan piutang dengan
potongan 2%)
Seandainya pembayaran piutang diterima tanggal 21 Januari, maka perusahaan, maka pembeli tidak memanfaatkan potongan, maka ia harus membayar penuh sebeesar Rp 8.000.000. Jurnal yang dilakukan adalah :
21 Januari Kas Rp 8.000.000
Piutang Dagang Rp 8.000.000
(Untuk mencatat penerimaan piutang dagang)
Contoh penyajian rekening-rekening tersebut dalam laporan rugi laba adalah :
PT Amazon
Laporan Rugi-Laba (sebagian)
Penjualan …………………………………………………… Rp 10.000.000
Kurangi : Retur dan Potongan penjualan Rp 250.000
Potongan Penjualan Rp 160.000
Rp 410.000
Penjualan bersih …………………………………………. Rp 9.590.000
HARGA POKOK PENJUALAN
Harga pokok barang yang telah laku dijual biasa disebut juga Harga Pokok Penjualan (HPP). Untuk mendapat memahami cara menentukan harga pokok penjualan pada suatu periode, kita harus memahami dahulu pengertian persediaan dagangan dan harga pembelian bersih.
PERSEDIAAN BARANG DAGANG (INVENTORY)
Persediaan barang dagangan adalah barang-barang yang disediakan untuk dijual kepada para konsumen selama periode normal kegiatan perusahaan.
Persediaan yang dimiliki perusahaan pada awal periode akuntansi, disebut persediaan awal. Persediaan yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi disebut dengan persediaan akhir dan akan dilaporkan dalam neraca sebagai aktiva lancar yaitu pada rekening persediaan dan dipihak lain dicantumkan dalam laporan rugi-laba sebagai salah satu elemen yang akan berpengaruh pada penentuan laba bersih perusahaan.
Ada dua system pencatatan persediaan yakni metode persediaan periodik dan metode persediaan perpetual.
Metode Persediaan Periodik
Dalam metode periodik, adanya transaksi peembelian tidak didebet pada rekening persediaan tapi didebet pada rekening pembelian begitu juga dengan transaksi penjualan tidak dikredit pada reeking persediaan tapi pada reeking penjualan.
Informasi mengenai persediaan yang ada pada suatu saat tertentu, tidak didapat dari rekening persediaan tapi melalui perhitungan fisik atas persediaan yang ada digudang. Perhitungan fisik biasa dilakukan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan. Dalam metode ini perhitungan fisik mempunyai peranan penting, karena tanpa perhitungan fisik laporan keuangan tidak dapat disusun. Dalam pembahasan ini kita akan menggunakan metode pisik atau periodik.
Metode Persediaan Perpetual
Dalam metode perpetual, baik jumlah penjualan maupun harga pokok penjualan dan dicatat pada setiap saat barang dijual. Dengan cara ini catatan akuntansi akan secara terus menerus mengungkapkan besarnya persediaan yang ada.
Gambar 9.4 : Sistem Pencatatan Persediaan
Sumber : Accounting Principles, Fourth Edition,1996
Contoh perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah :
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan barang, 1 Januari Rp 10.000
Pembelian Rp 530.000
Dikurangi : Retur dan Potongan pembelian Rp 20.000
Potongan pembelian Rp 10.600
Pembelian bersih Rp 499.400
Harga Pokok Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 509.400
Dikurangi : Persediaan barang, 31 Desember Rp 60.000
Harga Pokok Penjualan Rp 449.400
PERSEDIAAN AWAL
Persediaan awal sebesar Rp 10.000 diperoleh dari perhitungan fisik periode yang lalu
PEMBELIAN
Apabila perusahaan menggunbakan metode persediaan periodic, maka pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening pembelian. Rekening pembelian merupakan sebuah rekening sementara yang digunakan untuk mengumpulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli selama periode, sehingga pada tiap akhir peeriode rekening ini harus ditutup.
Misalkan pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang dagangan secara kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000. Transaksi ini dicatat :
5 Januari Pembelian Rp 530.000
Hutang Dagang Rp 530.000
( untuk mencatat pembelian barang dagangan
dengan termin (2/10,n/30)
Rekening pembelian hanya digunakan untuk mencatat pembelian barang dagangan, apabila perusahaan membeli barang yang digunakan untuk keperluan sendiri misalnya membeli lemari untuk dipakai sendiri, maka yang didebet adalah rekening aktiva yang bersangkutan.
RETUR DAN POTONGAN PEMBELIAN
Seperti halnya transaksi penjualan, dalam transaksi pembelian terdapat juga retur pembelian. Apabila barang yang dibeli dari pemasok ternyata rusak atau tidak memuaskan, maka biasa pembeli mengembalikan barang tersebut dan utang kepada pemasok menjadi berkurang. Kemungkinan lain adalah barang tersebut tidak dikembalikan oleh pembeli tapi ia meminta potongan harga. Untuk mencatat kejadian ini biasanya digunakan rekening Retur dan Potongan pembelian.
Misal Pada tanggal 6 Januari dikembalikan barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli pada tanggal 5 Januari. Maka jurnalnya adalah :
6 Januari Hutang Dagang Rp 20.000
Retur Pembelian Rp 20.000
(untuk mencatat pengembalian barang )
Transaksi retur pembelian sebenarnya dapat dicatat dengan mengkredit rekening pembelian. Namun banyak perusahaan menyukai rekening retur dan potongan pembelian, karena dari rekening ini dapat diketahui jumlah retur pembelian yang terjadi selama periode.
Rekening retur dan potongan peembelian merupakan rekening lawan terhadap rekening pembelian. Saldo reking retur dan potongan pembelian harus dikurangkan terhadap jumlah pembelian kotor, sehingga dapat diketuhi pembeelian bersih.
POTONGAN TUNAI PEMBELIAN
Apabila barang dagangan dibeli secara kredit maka syarat pembayarannya ditulis pada faktur peembelian. Pemasok biasanya memberikan potongan kepada pembeli yang membayar dalam waktu yang telah ditentukan. Jika penjual memberikan potongan tunai, maka potongan tersebut oleh pembeli dinamakan potongan tunai pembelian.
Sehubungan dengan contoh sebelumnya yaitu pada tanggal 5 Januari perusahaan membeli barang dagangan secara kredit (2/10, n/30) seharga Rp 530.000 Kemudian tanggal 6 Januari dikembalikan barang sebesar Rp 20.000 yang dibeli pada tanggal 5 Januari. Seandainya tanggal 14 Januari perusahaan melunasi semua hutangnya. Maka jurnalnya adalah :
14 Januari Hutang dagang Rp 530.000
Potongan pembelian Rp 10.600
Kas Rp 519.400
(Jurnal untuk mencatat saat pembayaran atas pembelian
barang tanggal 5 Januari, dengan potongan 2%)
POTONGAN RABAT
Biasanya pembelian dalam jumlah yang besar bisanya mendapat potongan khusus dari harga resmi yang tercantum. Potongan semacam ini disebut RABAT. Rabat tidak dama dengan potongan tunai. Potongan tunai adalah potongan yang diterima karena perusahaan membayar dalam waktu yang telah ditentukan dalam syarat pembelian, sedangkan rabat adalah potongan yang diterima berupa pengurang harga dari harga resmi. Rabat biasanya ditentukan dalam tarif. Misalnya Barang dengan harga menurut daftar sebesar Rp100.000 dijual dengan rabat 30% . Harga jual sesungguhnya menjadi Rp 70.000 ( 100.000- (30% x Rp 100.000). Rabat tidak dicatat dalam pembukuan, baik dalam pembukuan pembeli maupun penjual.
BIAYA ANGKUT
Perjanjian antara penjual dan pembeli mencakup ketentuan mengenai pihak manakah yang harus menanggung biaya angkut barang ke gudang pembeli. Bila pembeli yang menanggung biaya tersebut, ketentuan ini disebut franco gudang penjual (FOB Shipping point), bila biaya angkut ditanggung oleh penjual, ketentuan ini disebut franco gudang pembeli ( FOB Destination).
Biaya Angkut bagi Pembeli
Bila barang dibeli dengan syarat franco gudang penjual, maka biaya angkut yang telah dibayar oleh pembeli hendaknya didebet ke perkiraan Pembelian dan dikredit ke rekening Kas. Beberapa perusahaan menggunakan perkiraan yang diberi judul Angkos Angkut. Saldo perkiraan ini ditambahkan ke saldo perkiraan pembelian untuk menetapkan jumlah harga pokok barang yang dibeli.
Dalam bebrapa hal, penjual mungkin membayar dimuka biaya angkut dan menambahkannya ke Faktur, walaupun dalam perjanjiannya dinyatakan bahwa pembeli yang menanggung biaya angkut tersebut (franco gudang penjual). Bila penjual membayar lebih dulu biaya angkut, pembeli akan memasukkan biaya itu dalam debet pembelian dan kredit hutang dagang. Misalnya tanggal 15 Januari Amazon Co. membeli barang dari Bill Co. secara kredit seharga Rp 5.000.000 dengan syarat franco gudang penjual, (2/10,n/30) ditambah biaya angkut yang telah dibayar lebih dahulu oleh penjual sebesar Rp50.000yang ditambahkan ke faktur. Ayat jurnalnya adalah :
15 Januari Pembelian Rp 5.050.000
Hutang dagang Rp 5.050.000
(mencatat pembelian barang dagangan dengan franco gudang pembeli)
Bila dalam perjanjian dicantumkan adanya potongan harga untuk pelunasan lebih awal, maka potongan itu dihitung dari jumlah penjualan dan bukan dari total jumlah dalam faktur. Misalkan Amazon Co. membayar hutang tanggal 20 Januari , maka perhitungannya adalah :
Faktur dari Bill termasuk biaya angkut Rp 50.000 yang telah dibayar lebih dulu oleh penjual Rp 5.050.000
Dasar menghitung potongan Rp 5000.000
Tarif potong 2%
Jumlah potongan (5.000.000 x 2%) Rp 100.000
Jumlah pembayaran Rp 4.950.000
Amazon akan menjurnal :
20 Januari Hutang dagang Rp 5.050.000
Kas Rp 4.950.000
Potongan pembelian Rp 100.000
Biaya Angkut bagi penjual
Bila dalam perjanjian dinyatakan bahwa penjual menanggung biaya angkut (franco gudang pembeli), maka biaya angkut yang dibayar oleh penjual didebet ke perkiraan Biaya transport. Total biaya ini dilaporkan dalam perhitungan rugi laba sebagai biayapenjualan.
PERSEDIAAN AKHIR
Pada akhir periode akuntansi, perusahaan yang menggunakan metoda periodic harus melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang belum terjual. Jumlah fisik persediaan ini kemudian dikalikan dengan harga pokok yang sesuai, sehingga dapat ditentukan harga pokok persediaan akhir periode.
LABA KOTOR
Laba kotor yang dimiliki oleh perusahaan berasal dari Penjualan neto dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan. Contoh :
Penjualan bersih Rp 9.590.000
Harga Pokok Penjualan Rp 449.400
Laba Kotor Rp 9.140.600
BIAYA OPERASIONAL
Biaya operasi perusahaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dan subjek. Pada perusaaah pengecar umumnya cukup membagi beban operasi menjadi dua kelompok, yaitu biaya penjualan dan biaya umum.
Biaya yang timbul secara langsung dan seluruhnya berhubungan dengan penjualan barang dagangan, digolongkan sebagai biaya penjualan (selling expenses). Contoh biaya gaji pegawai bagian penjualan, perlengkapan gudang yang digunakan, penyusutan [eralatan gudang dan beban iklan.
Beban yang timbul dalam operasi umum perusahaan digolongkan sebagai biaya umum atau biaya administrasi. Contoh gaji pegawai kantor, asuransi dan pajak biasanya dilaporkan dalam biaya umum.
Biaya yang reletif kecil jumlahnya dan tidak dapat diindentifikasi ke perkiraanutama umumnya dikumpulkan dalam perkiraan biaya penjualan rupa-rupa dan biaya umum rupa-rupa.
LABA DARI OPERASIONAL
Selisih antara laba kotor dengan total biaya operasi disebut laba dari operasi. Jumlah laba operasi dan hubungannya dengan investassi modal serta penjumlahan bersih merupakan faktor penting untuk menilai efisiensi manajemen dan tingkat profitabilitas perusahaan. Bila biaya operasi lebih besar dari laba kotor, selisih ini disebut kerugian dari operasi.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA SALDO
31 DESEMBER 2002 (dalam ribuan rupiah)
Rekening |
Saldo |
|
|
Debet |
Kredit |
Kas |
Rp 9.500 |
|
Piutang dagang |
16.100 |
|
Persediaan barang dagangan |
36.000 |
|
Asurasni Dibayar dimuka |
3.800 |
|
Gedung |
80.000 |
|
Akumulasi Depresiasi Gedung |
|
Rp 16.000 |
Utang Dagang |
|
20.400 |
Modal, Mutiara |
|
83.000 |
Prive, Mutiara |
15.000 |
|
Penjualan |
|
480.000 |
Retur dan Potongan penjualan |
12.000 |
|
Potongan tunai penjualan |
8.000 |
|
Pembelian |
325.000 |
|
Retur dan potongan pembelian |
|
10.400 |
Potongan tunai pembelian |
|
6.800 |
Biaya angkut pembelian |
12.200 |
|
Biaya angkut penjualan |
7.000 |
|
Biaya iklan |
16.000 |
|
Biaya sewa |
19.000 |
|
Biaya gaji |
40.000 |
|
Biaya rupa-rupa |
17.000 |
|
Total |
616.600 |
616.600 |
Prosedur-prosedur akhir periode pada perusahaan dagang dengan Metode Pisik
- Pembuatan jurnal penyesuaian
- Penyusunan Neraca Lajur
- Penyusunan Laporan Keuangan
- Pembuatan jurnal penutup pada akhir periode
PENYESUAIAN
Penyesuaian diperlukan pada akhir periode didalam suatu perusahaan dagang, pada umumnya tidak berbeda dengan penyesuaian-penyesuaian dengan perusahaan jasa.
Perusaah yang menggunakan metode periodik sangat sederhana, namun metode ini tidak dapat menyediakan informasi mengenai dua hal yang sangat diperlukan dalam laporan keuangan, yaitu informasi tentang :
- Persediaan yang ada pada setiap saat diperlukan
- Harga pokok barang yang sudah dijual ( harga pokok penjualan)
Hal ini disebabkan karena dalam metode persedian periodik rekening persediaan barang dagangan tidak digunakan untuk mencatat pertambahan persediaan karena adanya transaksian pembelian dan sebaliknya juga tidak mencatat pengurangan persediaan karena adanya transakssi penjualan sehingga dalam buku besar rekening persediaan hanya menunjukkan saldo persediaan barang dagangan pada awal periode. Rekening ini tidak dapat memberi informasi mengenai jumlah persediaan yang ada pada saat-saat tertentu. Pada akhir periode perusahaan melakukan perhitungan atas jumlah fisik persediaan yang ada digudang (belum terjual) pada akhir periode. Informasi tentang persediaan akhir yang diperoleh melalui perhitungan fisik ini harus dimasukkan dalam pembukuan perusahaan, agar pembukuan dapat memberikan informasi sesuai dengan keadaan keadaan yang sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Proses untuk memasukkan data persediaan akhir ini kedalam pembukuan perusahaan dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian.
|
Sesuai dengan rumus diatas maka jurnal penyesuaian untuk mecatat harga pokok peenjualan dan persediaan akhir pada perusahaan yang menggunakan persediaan periodic adalah :
|
Apabila dalam buku besar terdapat rekening-rekening yang berpengaruh atas pembelian, seperti rekening biaya angkut pembelian, Retur dan Potongan Pembelian, dan Potongan Tunai Pembelian, maka saldo rekening-rekening tersebut harus dipindahkan juga kerekening Harga Pokok Penjualan.
|
|
||||
|
Apabila jurnal-jurnal penyesuaian tersebut diatas dibukukan ke buku besar, maka saldo rekening Persediaan Barang Dagangan akan menunjukkan jumlah persediaan yang ada pada akhir periode dari rekening Harga Pokok Penjualan untuk periode yang bersangkutan.
Untuk memperjelas, dibawah ini data-data untuk penyesuaian pembukuan Perusahaan Dagang MUTIARA pada akhir bulan Desember 2002 (dalam ribuan ):
- Persediaan barang dagangan per 31 Desember 2002 Rp 40.000
- Asuransi Dibayar Dimuka Rp 1.800
- Depresiasi Gedung 10% pertahun
- Gaji Pegawai yang masih harus dibayar Rp 5.000
- Sewa yang masih harus dibayar Rp 4.000
Berdasarkan data diatas, jurnal penyesuaian yang harus dibuat Perusahaan Dagang MUTIARA pada tanggal 31 Desember 2002 adalah (dalam ribuan ) :
JURNAL PENYESUAIAN |
||||
Tanggal |
Keterangan |
Jumlah D K |
||
02 |
|
|
|
|
Des |
31 |
Harga Pokok Penjualan |
Rp 36.000 |
|
|
|
Persediaan Barang Dagangan |
|
36.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Harga Pokok Penjualan |
325.000 |
|
|
|
Pembelian |
|
325.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Harga Pokok Penjualan |
12.200 |
|
|
|
Biaya Angkut Pembelian |
|
12.200 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Retur dan Potongan Pembelian |
10.400 |
|
|
|
Harga Pokok Penjualan |
|
10.400 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Potongan tunai pembelian |
6.800 |
|
|
|
Harga Pokok Penjualan |
|
6.800 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Persediaan barang dagangan |
40.000 |
|
|
|
Harga Pokok Penjualan |
|
40.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Biaya Asuransi |
2.000 |
|
|
|
Asuransi dibayar dimuka |
|
2.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Biaya Depresiasi Gedung |
8.000 |
|
|
|
Akum. penyusutan gedung |
|
8.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Biaya Gaji |
5.000 |
|
|
|
Hutang gaji |
|
5.000 |
|
|
|
|
|
|
31 |
Biaya sewa |
4.000 |
|
|
|
Hutang sewa |
|
4.000 |
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
NERACA LAJUR
PERIODE BERKAHIR 31 DESEMBER 2002
Rekening |
Neraca Saldo |
Penyesuaian |
Neraca saldo setelah penyesuaian |
Laba Rugi |
Neraca |
|||||
|
Debet |
Kredit |
Debet |
Kredit |
Debet |
Kredit |
Debet |
Kredit |
Debet |
Kredit |
Kas |
9.500 |
|
|
|
9.500 |
|
|
|
9.500 |
|
Piutang dagang |
16.100 |
|
|
|
16.100 |
|
|
|
16.100 |
|
Persediaan barang dagangan |
36.000 |
|
40.000 |
36.000 |
40.000 |
|
|
|
40.000 |
|
Asr. Dibayar dimuka |
3.800 |
|
|
2.000 |
1.800 |
|
|
|
1.800 |
|
Gedung |
80.000 |
|
|
|
80.000 |
|
|
|
80.000 |
|
Akum Dep. Gedung |
|
16.000 |
|
8.000 |
|
24.000 |
|
|
|
24.000 |
Utang Dagang |
|
20.400 |
|
|
|
20.400 |
|
|
|
20.400 |
Modal, Mutiara |
|
83.000 |
|
|
|
83.000 |
|
|
|
83.000 |
Prive, Mutiara |
15.000 |
|
|
|
15.000 |
|
|
|
15.000 |
|
Penjualan |
|
480.000 |
|
|
|
480.000 |
|
480.000 |
|
|
Retur & Pot. penjualan |
12.000 |
|
|
|
12.000 |
|
12.000 |
|
|
|
Pot. tunai penjualan |
8.000 |
|
|
|
8.000 |
|
8.000 |
|
|
|
Pembelian |
325.000 |
|
|
325.000 |
|
|
|
|
|
|
Retur & pot. pembelian |
|
10.400 |
10.400 |
|
|
|
|
|
|
|
Pot. tunai pembelian |
|
6.800 |
6.800 |
|
|
|
|
|
|
|
Bi. angkut pembelian |
12.200 |
|
|
12.200 |
|
|
|
|
|
|
Bi. angkut penjualan |
7.000 |
|
|
|
7.000 |
|
7.000 |
|
|
|
Biaya iklan |
16.000 |
|
|
|
16.000 |
|
16.000 |
|
|
|
Biaya sewa |
19.000 |
|
4.000 |
|
23.000 |
|
23.000 |
|
|
|
Biaya gaji |
40.000 |
|
5.000 |
|
45.000 |
|
45.000 |
|
|
|
Biaya rupa-rupa |
17.000 |
|
|
|
17.000 |
|
17.000 |
|
|
|
Total |
616.600 |
616.600 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Harga Pokok Penjualan |
|
|
36.000 325.000 12.200 |
10.400 6.800 40.000 |
316.000 |
|
316.000 |
|
|
|
Biaya Asuransi |
|
|
2.000 |
|
2.000 |
|
2.000 |
|
|
|
Biaya Dep. gedung |
|
|
8.000 |
|
8.000 |
|
8.000 |
|
|
|
Hutang gaji |
|
|
|
5.000 |
|
5.000 |
|
|
|
5.000 |
Hutang sewa |
|
|
|
4.000 |
|
4.000 |
|
|
|
4.000 |
Saldo Laba |
|
|
449.400 |
449.400 |
616.400 |
616.400 |
454.000 |
480.000 |
162.400 |
136.400 |
|
|
|
|
|
|
|
26.000 |
– |
– |
26.000 |
|
|
|
|
|
|
|
480.000 |
480.000 |
162.400 |
162.400 |
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Dengan telah selesainya disusun pembuatan Neraca lajur, maka penyususnan lapran keuangan dapat dilakukan dengan mudah karena data yang diperlukan dalam pembuatan laporn keuangan telah tersedia di nerac lajur. Namun demikian dalam menyusun laporan keuangan harus dilakukan dengan memperhatikan cara-cara penyajian yang lazim.
Berikut ini adalah laporan keuangan Perusahaan Daganga MUTIARA :
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA NERACA 31 DESEMBER 2002 (DALAM RIBUAN RUPIAH) |
|||||
AKTIVA
|
PASSIVA
|
||||
Aktiva Lancar Kas PiutangDagang Persediaan Barang dagangan Asuransi Dibayar Dimuka Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tak Lancar
Gedung 80.000 Akum. Dep Gedung 24.000 Jumlah Aktiva Tak Lancar Jumlah Aktiva
|
Rp 9.500 16.100 40.000 1.800 67.400
56.000 123.400
|
Kewajiban Lancar : Utang Dagang Utang Gaji Utang Sewa Jumlah Kewajiban Lancar
MODAL : Modal Mutiara
Jumlah Passiva |
Rp 20.400 5.000 4.000 29.400
94.000
123.400 |
||
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA LABA RUGI 31 DESEMBER 2002 (DALAM RIBUAN RUPIAH) |
Penjualan Rp 480.000 Kurangi : Retur dan potongan penjualan Rp 12.000 Potongan tunai penjualan Rp 8.000 Rp 20.000 Penjualan bersih Rp 460.000 Harga Pokok Penjualan : Persediaan 1 Jan 2002 Rp 36.000 Pembelian Rp 325.000 Retur dan pot. Pembelian Rp 10.400 Potongan pembelian Rp 6.800 Rp 17.200 Pembelian bersih Rp 307.800 Biaya angkut pembelian Rp 12.200 Harga pokok Barang Tersedia untuk dijual Rp 356.000 Persediaan 31 Desember 2002 Rp 40.000 Harga Pokok Penjualan Rp 316.000 Laba Kotor Penjualan Rp 144.000 Biaya-biaya Operasi : Biaya Angkut penjualan Rp 7.000 Biaya Iklan Rp 16.000 Biaya sewa Rp 23.000 Biaya gaji Rp 45.000 Biaya Asuransi Rp 2.000 Biaya Depresiasi Gedung Rp 8.000 Biaya Rupa-rupa Rp 17.000 Jumlah biaya operasional Rp 118.000 Laba Bersih Rp 26.000
|
PERUSAHAAN DAGANG MUTIARA LABA RUGI 31 DESEMBER 2002 (DALAM RIBUAN RUPIAH) |
Modal, Mutiara 1 Januari 2002 Rp 83.000 Laba 31 Desember 2002 Rp 26.000 Prive, Mutiara ( Rp 15.000 ) Modal, Mutiara 31 Desember 2002 Rp 94.000
|
PENUTUP
Anda telah selesai mempelajari modul 3 ini yang berisi tentang:
– Sumber pencatatan dan analisa bukti transaksi.
– Jurnal.
– Buku Besar.
Dengan selesainya mempelajari tiga kegiatan tersebut diharapkan Anda memahami tahaptahap
pencatatan akuntansi perusahaan jasa.
Untuk memperjelas dan mengingatkan kembali materi yang sudah Anda pelajari, amati
rangkuman yang disajikan di bawah ini.
Rangkuman
1. Tahap pencatatan dalam siklus akuntansi terdiri dari bukti transaksi, jurnal dan buku
besar.
2. Semua pencatatan harus didukung dengan bukti transaksi atau dokumen transaksi.
3. Bukti transaksi terdiri dari:
a. Bukti intern seperti: bukti kas masuk, bukti kas keluar, memo.
b. Bukti eketern seperti: kuitansi, faktur, nota kontan, nota debet, nota kredit, cek.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisa transaksi.
a. Tentukan pengaruh penambahan dan pengurangan dalam perkiraan yang
bersangkutan.
b. Tentukan akun apa saja yang dipengaruhi.
c. Tentukan debet/kredit akun yang bersangkutan.
d. Tentukan jumlahnya yang harus di debet atau di kredit.
5. Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara kronologis
dengan menunjukkan perkiraan yang harus di debet atau di kredit beserta jumlahnya.
6. Fungsi jurnal:
a. Fungsi pencatatan
b. Fungsi historis
c. Fungsi analisa
d. Fungsi instruktif
e. Fungsi informasi.
7. Buku besar adalah kumpulan perkiraan-perkiraan untuk mencatat perubahan transaksi
yang mengakibatkan perubahan pada harta, utang, modal, pendapatan dan beban.
8. Memindahkan transaksi dari jurnal ke buku besar disebut posting.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, edisi ke-3, BPFE
Habibi, Maskun, Pelajaran Akuntansi, Jakarta: Yudistira, 1994.
Ristanti, Euis, Akuntansi untuk SMU, Bandung: Grafindo Media Pratama, 1997.
Shahab, Abdullah, Accounting Principles, edisi 7, Bandung: Sas, 1981.
Sumardi, Akuntansi SMU, Jakarta: PT. Rakadita, 1997